Amarah lebih baik dipendam atau diluapkan?

 

Sumber : pinterest

Jika semua orang menyadari janji Allah SWT yang begitu indah kelak sebagai balasan dari “menahan amarah” , mungkin kita akan hidup dalam ketenangan dan kedamaian di dunia ini. Tapi sayangnya, amarah atau marah sangat disenangi oleh makhluk Allah yang tercipta dari api (setan) karena dengan cara ini manusia gampang dikendalikan.

Entah mengapa, aku selalu terngiang-ngiang dengan kalimat Aa Gym yang dipakai nada sambung pribadi (NSP) oleh sebagian orang. Kurang lebih seperti ini kalimatnya : ,”Laa taghdob, jangan marah, jangan marah, semakin marah semakin berkurang akal sehat kita,”.

Disebutkan dalam sebuah hadist, Nabi SAW bersabda,” Barang siapa yang menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah SWT akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia hingga (kemudian) Allah SWT membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya”. (HR. Abu Daud).

Sebenarnya sangatlah susah menahan marah itu, namun memang cara mengekspresikannya yang berbeda-beda. Ada yang memilih meluapkannya dengan diam dengan ikhlas, diam dengan menggerutu, diam dengan luapan emosi yang tertahan sehingga bergejolak di dada, melakukan tindakan “negatif” dan masih banyak lagi yang lainnya, hingga hal yang paling fatal yaitu melenyapkan nyawa sesama, naudzubillah.

Lantas bagaimana cara kita menahan amarah? Bukankah akan lebih sakit jika dipendam sendiri? Ada dua hadits yang berbunyi :

“Bila salah seorang diantara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang maka sudah cukup. Namun jika tidak lenyap maka berbaringlah”. (HR. Abu Daud).

“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaklah berwudhu”. ( HR. Ahmad dan Abu Daud).

Pengalam pribadiku, menahan diri untuk tidak marah dan meluapkan emosi itu memang sakit rasanya. Namun jika kita mencoba dan terus belajar iklhas, hati kita akan tenang. Sebaliknya jika kita menahan amarah namun tidak belajar ikhlas itu semua justru menyiksa diri. Karena itulah kalau emosi sudah meluap-luap sehingga terkadang muncul kata kotor dalam hati, aku selalu teringat dengan NSP Aa Gym :’) . Kalau kalian bagaimana?

Cerita kepada kerabat

Daripada memendam rasa memang lebih baik diluapkan atau diceritakan. Istilah gaulnya yaitu “curhat”. Bukan berarti meluapkan amarah ya, namun lebih ke menceritakan apa yang kita rasakan supaya kita lebih plong atau rileks. Jika kita memendam rasa yang justru malah membuat pikiran terganggu, bercerita bagiku memang jalan terbaik. Entah itu kepada Allah SWT (yang utama) atau kepada keluarga, kerabat, sahabat kita. Karena tak bisa dipungkiri kita ini adalah makhluk sosial yang butuh teman, tidak bisa sendiri. Tapi dalam hal ini kadang kita juga bingung, apakah hal yang akan kita ceritakan ini pantas dibagikan kepada orang lain? Tentu jawabannya ada pada diri masing-masing.

Yang jelas, berceritalah kepada siapapun apa yang pantas kita ceritakan, dan tutup rapat-rapat hal yang tidak pantas diketahui orang lain. Kita harus berdamai dengan diri sendiri dan situasi serta kondisi yang dihadapi saat ini. Setuju? Hihi

Karena itulah, banyak kan cara yang bisa kita lakukan untuk mengontrol amarah dan luapan emosi yang berdampak “negatif” ? Bagi yang merasa nyaman untuk bercerita, berceritalah. Karena ada sebagian orang yang terkadang merasa bingung mau cerita pada siapa, merasa sendiri dan tidak nyaman bercerita, sebagaimana kita ketahui ada orang yang introvert dan extrovert.

Perbanyak Dzikir

Nah ini sangat penting. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa hadits di atas, Islam mengajarkan kita untuk menahan amarah. Janjinya itu bukan hal sepele, karena syurga menjadi jaminannya. Selalu ingat hadits ini ya : ,”Laa Taghdob Walakal Jannah (jangan marah maka bagimu syurga).”

Jangan lupa istighfar, perbanyak taawuz dalam setiap pekerjaan kita. Mari kita sama-sama belajar dan hidup lebih baik lagi. Manusia tiada yang sempurna, tapi kita harus terus berbuat baik dan meminimalisir kesalahan.

Tulisan ini dibuat hanya sebagai pengingat buatku, dan semoga bermanfaat untuk yang membacanya. Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah SWT Aamiin..