Dilema Ibu Setelah Marah Pada Anak

 

ilustrasi marah

'Marah' tentunya pernah dirasakan oleh semua orang karena marah itu adalah emosi yang umum terjadi dalam kehidupan. Tapi yang harus diwaspadai adalah efek dari emosi itu jika kita tidak pandai mengelola perasaan sendiri.

Semua orang bisa marah saat ada suatu hal yang mengganjal hatinya, pikirannya. Namun cara meluapkannya tentu berbeda. Ada yang marah pada benda A, tapi benda B yang kena imbasnya. Ada juga yang marah tapi memilih untuk diam tak melakukan apa-apa karena dia berusaha berdamai dengan emosinya. Dan tentunya banyak lagi hal-hal yang dilakukan seseorang saat marah, tergantung dengan situasi dan kondisi hatinya saat itu.

Mengutip Ensiklopedia Alquran, 

Seorang Muslim bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apa yang dimaksud dengan bertarung wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Pertarungan sesungguhnya adalah jika seseorang marah lalu amarahnya makin memuncak, wajahnya memerah, dan kulitnya merinding, dan pada saat itulah ia mampu menaklukkan amarahnya.” (HR. Ahmad bin Hambal)

Karena itulah, kita harus berdamai dengan emosi yang keluar dari dalam diri kita sendiri. Terus ciptakan energi positif, dan lawan energi negatif yang timbul dari diri sendiri maupun dari orang lain.

Tentunya hal itu tidak mudah. Apalagi bagi seorang ibu yang sedang belajar mendidik, dan memahami buah hatinya. Anak tidak mau makan, pasti ada potensi kita marah. Anak melawan, pasti ada potensi marah. Dan lain sebagainya.

Jujur beberapa kali saya juga pernah marah pada anak karena hal sepele sebenarnya. Susah sekali rasanya mengontrol emosi saat apa yang kita lakukan demi kebaikan anak, ditolak begitu saja. Padahal anak kecil tau apa? Justru kita yang harus paham dan memberikan contoh baik tanpa mengenal lelah dengan kesabaran yang ekstra.

Apa yang saya rasakan setelah memarahi anak, titipan luar biasa yang Allah berikan? Tentunya sedih luar biasa, merasa bersalah dan selalu ingin mengulang waktu. Tapi kenapa terkadang masih saja hal serupa terulang kembali? Itu mungkin kembali lagi kepada diri kita masing-masing. Seberapa sabar kita, dan seberapa kuat mengendalikan energi marah yang keluar dari diri kita sendiri.

Terkadang setelah marah pada anak, saat ia tertidur lelap, saya hanya bisa minta maaf dan meneteskan air mata sembari berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Semoga kedepannya saya dan semua ibu-ibu hebat diluar sana bisa mengendalikan energi negatif yang menjadi pemicu kita marah. Dan saya sangat bangga dengan ibu yang selalu bisa meredam emosi dengan stabil.

"Anak adalah titipan luar biasa dari Allah, kita harus bisa menjaganya dengan baik".